Pages

Sabtu, 11 Januari 2014

Menuju Riset University


Aktualisasi Tri Darma Perguruan Tinggi hingga saat ini terkesan tidak terdistribusi komplementer. Varian pendidikan dan pengajaran jauh lebih dominan dari kedua varian lain penelitian (riset) dan pengabdian pada masyarakat. Riset sebagai indikator utama dalam mengonstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan banyak direduksi pada tataran pemerolehan hibah dana penelitian, proyek-proyek jangka pendek, atau paling tinggi bermuara pada pengoleksian fakta-fakta empiris dalam bentuk fortofolio yang berguna ketika mendapatkan kenaikan pangkat dan jabatan fungsional. Sementara itu, riset di kalangan mahasiswa baru berfungsi secara formal, berguna sebagai signal dan tombol alarm berakhirnya masa studi pada masing-masing jenjang pendidikan. Pemaknaan riset yang lebih mulia untuk mengusung nilai-nilai kemanusiaan secara aksiologis masih terbelenggu dengan minimnya perencanaan cemerlang, fakta budget yang kurang memadai, dan distribusi kewenangan yang tidak berbasis kinerja.
Kehampaan aksiologis semakin terasa ketika varian pengabdian pada masyarakat hanya dipahami secara dangkal, terbatas pada rutinitas berKKN atau berPKL. Fungsi pembinaan, pengembangan, dan pemberdayaan masyarakat belum berpijak pada paham populisme, suatu paham yg mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan masyarakat kecil. Perguruan Tinggi Islam sebagai lembaga yang menjalankan dua peran sekaligus, baik sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan  yang berlandaskan islam nampaknya belum maksimal. Akibatnya, derajat Perguruan Tinggi semakin menunjukkan jarak yang begitu jauh dengan totalitas kehidupan masyarakat kecil. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha menggagas perlunya reaktualisasi peran Perguruan Tinggi Islam menuju Universitas Riset (Research University).